Road to Rinjani 3726masl – Part 3

Semalaman di tenda bangun berkali-kali. Ngecek anak-anak…ngecek sleeping bag nya, ngecek buff nya…ngecek kupluknya..yang keluar dari SB nya dimasukin…yang kupluknya lepas…dipasangin lagi…ya gitu deh jadi mamak2. Ga pernag full rest πŸ™‚

Dari luar tenda suara angin kencang banget, awalnya bikin parno. Tapi ya itu kan cuma angin…no worries donk 😁 Sempet juga berfikiran monyet-monyet yang lari-lari di atas tenda…jiah..ngayal…masih banyak porter di luar mana berani mereka… πŸ˜€

Jam 4.30 pagi alarm sudah nyala. Sholat shubuh dengan tayammum. Bangunin abang…ikutan sholat dia juga. Masih pengen melungker tapi mesti beres-beres lagi, jam 8 kita lanjut tracking menuju Plawangan Sembalun. Setelah sarapan dan packing lagi jam 8 kita jalan start dari pos 3. Formasi tetap hanya om Andy tidak lagi sebagai leader tapi dia di belakang, nemenin ayah. Di depan tetap anak2…mamak2 di tengah.

Kita menyusuri bukit penyesalan. Tracking nya lumayan nanjak dan ada beberapa titik lumayan berkabut. Hamparan padang savana perlahan mulai berganti dengan pepohonan tinggi yang jarang-jarang dan pemandangan bukit berbukit. Masya Allah… ga berhenti berhenti ucap syukur. Jalur yang dilalui naik turun bukit yang seolah2 tak berujung….Lelah…mau maju masih lumayan…tapi mundur juga ga mungkin… 😁 begitu konon makanya dinamakan bukit penyesalan.

Dulu, sebelumnya, ada jalur namanya bukit penyiksaan…tapi sudah ditutup jadi sekarang lewatnya jalur penyesalan.

Entah sekarang ada jalur mana lagi…setelah gempa hebat yang berakibat longsor juli lalu. Kemungkinan track nya kini berbeda.

Jam 12 kita beristirahat untuk makan siang. Porter-porter menyediakan tikar untuk kita istirahat sekedar selonjoran. Alhamdulillah anak-anak hepi semua. Menu indomie telor nikmat banget dinikmati rame-rame dengan angin yang lumayan dingin.

 

Jam 1.30 kita mulai jalan lagi. Masih belum habis bukit penyesalan…setelah 1jam perjalanan akhirnya kita tiba di Pos 4…Pos Bukit Penyesalan…istirahat kembali sejenak kurang lebih 15menitan. Foto-foto dan menikmati pemandangan.Β 

FB_IMG_1530974476678FB_IMG_1530972437490

Lanjut lagi menuju Plawangan Sembalun untuk kita berkemah. Jam 3 kita sampai Plawangan Sembalun….tapi tempat tenda kita masih agak jauh karena porter memilih lokasi yang dekat mata air dan jalur untuk summit.

Sepanjang jalur ini..rimbunan edelweis tampak dimana-mana. Kabut mulai tebal…jarak pandang mulai terbatas. Langkah mulai gontai.. mata mulai mencari-cari di mana titik peristirahatan kita.

Plawangan Sembalun ini lokasi perkemahan yang sempit…tanah yang memanjang dengan kanan kiri jurang persis seperti bibir mangkok. Otomatis tenda warna warni yang terlihat ya seperti berbaris.

Anak-anak sudah jauh di depan bahkan sepertinya sudah sampai di tenda. Benar saja begitu sampai lokasi…anak-anak sedang istirahat di dalam tenda. Tapi ya namanya abang Rayyan n Rania mereka berkeliaran di luar…ngobrol-ngobrol sama porter-porter yang lagi buat api unggun.

DSC06922

Padahal dingin banget di luar…ya mungkin lebih enak dekat api unggun ya..sambil menikmati pemandangan yang Masya Allah indahnya😊 Yang ga bisa ditemui sehari-hari di Jakarta.

Jam sudah menunjukkan jam 5sore. Anak-anak kuajak masuk ke dalam tenda. Carrier mulai berdatangan satu persatu. Bongkar lagi untuk bersih-bersih dan ganti baju tidur. Tapi kalau mau keluar lagi..baju yang tadi, dipakai lagi diluarannya. Supaya baju tidur nya tetap bersih.

Lagi beberes di tenda tiba-tiba dipanggil. Langitnya cerah dan indah banget. Blue hour…sunset yang masya Allah indahnya. Aga telat mengabadikannya karena kudu cari tripod dulu. Tapi ya lumayanlah…

Ah luar biasa rasanya seakan ga mau berhenti mencet shutter sambil bertasbih dalam hati. Berpacu antara ga mau kehilangan moment sama harus mengatur settingan supaya hasilnya bagus…karena low speed….ya ga boleh tremor. Grogi sendiri juga karena ini kali pertama motret sunset di gunung. Motret sendirian ga ada temen sharing itu ga enak sih…yang lain motret pake hp. Gw sendiri yang sibuk sama settingan πŸ™ˆπŸ˜Š

fb_img_1534728891289

Akhirnya senja pun tenggelam berganti dengan langit hitam yang cerah bertabur bintang….seorang porter berteriak…

Buuu bulan purnama sebentar lagi keluar…sekarang di balik gunung..sambil nunjuk ke arah semburat putih. Saya langsung ambil alas…pasang tripod…cari posisi n angle yang pas. Tetap dengan grogi karena saya sendirian yang rempong… ditambah jari-jari tangan kakuuuu…dingiiiiin…anginnya kencang 🀣🀣

Dingin banget di luar itu…orang-orang yang di depan kamera kuminta tolong untuk mematikan senter-senter nya. Haiyyyaaah…padahal jadinya ya biasa juga sih…tapi klo ada lampu senter…mengganggu banget jadinya… Di tengah berkutat dengan settingan trial and error…ada satu porter yang dampingin dari tadi ikut2an teriak-teriak kalo ada yang nyalakan senter di depan kamera. Hihihi…seneng juga ada teman yang ikutan excited gw motrek sambil ikut concern sekeliling.

Di kejauhan rania, abang rayyan n ayahnya manggil-manggil…nyariin…bunda dimana…. “Bunda lagi motret!! “🀣🀣

Just for this moment please…i want to be alone….not being disturbed. Udah panjang perjalanan…view yang seindah ini sayang banget dilewatin….sayang banget pulak skill gw belum mumpuni. Ga ada teman buat nanya2 and sharing tentang fotografi. Bekal ngelmu di mbah google udah banyak..tetep aja ya klo praktek langsung itu beda. Berpacu sama moment soale.

Sebenernya paksu lebih jago fotografi..tapi sepertinya beliau ada prioritas lain. Beklah… 😊

Ga puas sama hasilnya tapi lagi-lagi kalah sama dingin πŸ™ˆπŸ€£ akhirnya disudahi aja dan lanjut makan malam. Sholat…balurin anak-anak minyak tawon sambil dipijit ringan. Nunggu mereka tidur dulu baru deh daku beraksi balur-balur lagi tiger balm. Rania mengeluh perih hidungnya kalau nyium bau tiger balm. Ok lah saya mengalah. Paksu juga udah hijrah ke tenda uncle Othem. Soale 4orang dalam tenda ini rasanya sesak banget. Kasian anak-anak ga bisa gerak. Jadilah kita bertiga di dalam tenda semalaman. Bismillah…😊

Oya di lokasi ini kita dibuatkan toilet. Ya cuma dibuatkan dinding terpal jadinya lebih privacy untuk urusan yang satu itu. Tapi ya jangan bayangin ada closet yaak….hihihi…tetap aja tanah digali tapi ini dalaaaaam banget… setiap selesai buang hajat diurug pake tanah bekas galian yang di sekitarnya. Otomatis waktu orang lain masuk tetap bersih dan juga tidak berbau loh😊

Tapi untuk urusan malam-malam, saya tetap mengandalkan corong dan botol…Β  Alhasil pagi-pagi cari tempat buat buang isi botol nanti takut disangkain teh manis lagi😊

Setelah oles2 tiger balm saya pun mulai tidur. Tetap aja seperti biasa lagi-lagi tidur ga bisa nyenyak karena sedikit-sedikit kebangun ngecek sleeping bag nya anak-anak, kupluk dan sarung tangan mereka. Oya kita bawa kasur angin tapi malam itu kali kedua kita pakai eh…koq pelan-pelan pada kempes. πŸ™ˆ Ah ga ok nih kasur anginnya….sambil ngitung kerugian….beli kasur 4 dikali harga….aaah khas mamak2 lah.. D

Disamping itu karena kita juga di dekat jalur summit, mulai jam 12 malam mulai ramai dengan langkah kaki dan suara-suara orang. Otomatis bener-bener bikin dikit-dikit kebangun. Ditambah suara mesin diesel alias suara ngorok dari tenda-tenda sebelah. Seru lah malamnya…hiruk pikuk. Alhamdulillah anak-anak tetap lelap ga terganggu sama sekali. Lelah kali ya…Jadinya mereka cukup istirahat. Entah jam berapa akhirnya saya pun terlelap karena lelah. Bangun-bangun jam 4.30pagi. Rencana summit jam 6 jalan.

Jadwal kita berbeda dengan orang kebanyakan yang jalan masih kondisi gelap. Mengingat kita bawa anak-anak, jangan sampai mengganggu jadwal tidur mereka. Jadilah kita jalan jam 6. Jalur summit itu sempit kebayang kalau harus beramai-ramai naik.

Kalau sudah sepi kan lebih nyaman. Konsekuensi nya ya panas matahari sih. Awal jalur summit aga sedikit berbatu-batu besar hingga perlu bantuan tali untuk manjatnya. Sunrise sudah mulai habis…mulai terang. Juga mulai tampak monyet-monyet berkeliaran. Hati-hati kalau mau nyemil ya… bisa-bisa kantong cemilannya disambar monyet😁

Kira-kira 2 jam kita sampai ke spot yang cantik banget. dengan view Danau Segara Anak dan Gunung Baru Jari….Masya Allah…… Foto-fotolah kita sambil meluruskan kaki sejenak.

DSC07111_1-01DSC07169-01DSC07231-02DSC07280-01

Kemudian jalan lagi…track nya mulai berpasir dan berkerikil…di sini dimulai perjuangan naik 1 langkah, merosot turun lagi 1langkah…jadi kapan sampainya πŸ™ˆπŸ˜

Alhamdulillah udara cerah…matahari mulai menyengat tapi angin juga kencang. Lupa pula pakai sunblock…cakep deh….secara berangkat masih gelap…lupa aja gitu… Hihihi…

Abang Rayyan udah ga kelihatan…udah jauh sepertinya…atau mungkin malah sudah sampai Summit. Jam 1.30 sampai di letter E dengar kabar anak2 sudah jalan turun. Rehat dulu sebentar…eh pas mau minum..airnya tinggal kira2 5 teguk lagi. Mikir lagi, ini lanjut ngga. Cek cek guide sudah pada habis persediaan air. Sementara kalau lanjut naik masih ada 2jam lagi dan jalan turun masih sekitar 4 jam lagi. Apa iya sanggup tanpa air? Sambil istirahat hati galau, masak sudah jauh-jauh hanya sampai sini…tapi mati konyol gara2 kehausan juga ga lucu banget. Ga lama abang Rayyan muncul…Buuun bagi air bun….habis airku….

Alhasil berbagi air lah sama anak-anak. Yang lain juga sama. Ya sudah terjawab, mau ga mau terpaksa turun, walau dengan berat hati. Ah memang berat melawan ego, tapi haru s tetap rasional.Β  Itulah tujuan mendaki, bukan menaklukkan puncak gunung. Tapi menaklukkan diri sendiri. Tapi juga jangan menjadikan setiap tantangan itu dikit2 jadi alasan untuk mundur sih. Itu cemen dan ngapain naik gunung kalo gitu…hihihi…

Ini foto Rayyan di Puncak…he’s the only Nurfiandy yang sampai summit Rinjani. Alhamdulillah.

IMG_20180701_214936_357FB_IMG_1531231702453DSC07351-01FB_IMG_1530972575507

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s