Jakarta, 15May15
Langsung pada ngebahas sakit lambung, terkait meninggalnya dua orang pesohor dalam waktu dekat ini, ditengarai karena sakit itu
Langsung deh beruntun pertanyaan dialamatkan ke saya terkait penyakit ini. Ada yang logis, ada yang gak logis, ada yang ngeyel, ada lah
Sebenarnya penyakit lambung ini sederhana saja. Malfungsi organ cerna vital ini. Ragamnya ada beberapa: Gastritis, Tukak Lambung, Dispepsia
Ada lagi GERD, yang sebenarnya gak melulu terkait sakit langsung pada lambung, tapi asam lambung berlebihan juga berasal dari masalah sama
Tapi kerumitan mengatasi problem lambung sebenarnya berangkat dari sini. Pemilahan sakit tanpa sekalipun melihat gaya hidup. Makanya bingung
Bahkan sampai pendapat bahwa, “sakit lambung itu penyakit yang tidak bisa disembuhkan tapi bisa dikendalikan” dianggap benar mutlak
Pemikiran salah kaprah itu lebih diperparah lagi dengan ditemukannya bakteri Heliobacter Pylori oleh John Warren sekitar tahun 70-an
Bakteri yang jadi biang keladi luka lambung itu, dianggap sebab mutlak problem organ vital cerna tersebut. Benarkah? Lihat saja fenomenanya
Sejak ditemukan dari tahun 70-an sampai sekarang, masalah sakit lambung tidak berkurang sama sekali. Padahal katanya ‘gara-gara bakteri’
Mestinya kalau problem ada di bakteri, pemberian antibiotik bisa buat masalah ini terselesaikan. Kenyatannya? Bom antibiotik itu gak sukses
Selain heliobacter pylori, temuan paling mencerahkan tentang masalah lambung terkait dengan produksi asam lambung yang berlebihan
Untuk itu penemuan paling fenomenal adalah antasida, obat yang bisa membasakan asam lambung, dengan kata lain produksi dikurangi. Efektif?
Gak banget! Problem lambung tetap jadi momok sampai hari ini. Malahan belakang ditemukan fakta, pemakaian antasida rutin, punya konsekuensi
Muncul masalah osteoporosis, penipisan dinding lambung, masuknya bakteri dan virus pada tubuh secara massive dan banyak masalah lain
Akhirnya problem lambung diatasi dengan konsep “Ya Sudahlah”. Kalau sakit, minum obat, masih sakit dihibur, toh stress dianggap biang kerok
Bener gak sih begitu? Gak dong!
Kalau ya begitu, saya dan banyak teman lain, masih didera masalah sama, problem lambung
Umur 10 tahun saya divonis sakit lambung. Lalu belasan tahun jadi budak antasida. Kemana-mana bawa tablet kunyah, di rumah sedia obat cair
Belasan tahun apa pernah sembuh? Nggak lah! Yang ada makin parah dan parah. Malah problemnya merembet ke hal lain, sesuai menuanya usia
Daya tahan tubuh lemah, sering menggigil gak keru-keruan, gampang lelah, mudah migrain. Saat itu sampe parno, mengira udah di ujung usia?
Singkat cerita, saya bertemu dengan #Foodcombining. Saya pelajari dan lakukan perlahan-lahan, sesuai pemahaman. Pola makan ganti total
Roti dan teh yang jadi teman pagi hari, menghilang dari meja makan. Pun dengan segelas teh besar dingin yang biasa menemani di meja kantor
Sarapan saya diganti total dengan buah-buahan segar. Bisa berbentuk potongan, bisa juga jadi jus. Pola makan juga ganti abis-abisan, beda
Makan yang tadinya penuh dengan protein hewani, diganti dengan sayuran. Itu pun juga berubah, sayuran utamanya adalah sayuran segar, mentah!
Makan yang biasa asal kenyang, pokoknya enak, ngunyah kayak bencong dikejar kamtib, nelen sering dibantu guyuran segelas air es, diubah!
Makan lebih tertib, ngunyah perlahan, minum gak lebih segelas saat makan. Saya sih menjalani seneng aja. Gak repot kok. Tapi perubahan ada
Saya yang tadinya lemah, menjadi kuat. Yang penyakitan, eh kok jadi badak daya tahan tubuhnya. Gampang pusing? Gak pernah lagi! Asik banget
1-2 bulan kemudian baru sadar, kalau perubahan tubuh menjadi lebih baik, berimbas ke sisi saya gak pernah lagi konsumsi obat lambung
Sampai hari ini, belasan tahun kemudian, obat-obat lambung itu pun tidak pernah disentuh lagi. Bukan karena sok-sokan, tapi gak pernah sakit
Puji Tuhan
Saya sih gak mau sesumbar sudah sembuh total sakit lambung. Tapi yang pasti ketergantungan pada obat tersebut sudah tidak ada sama sekali
Kalau sesekali ada rasa sebah, pusing, yang umum muncul saat dulu sakit lambung masih menguasai, sudah tahu masalahnya, apa yang saya makan?
Eh, apa yang saya minum juga
Berarti pola makan lanjutan saya diubah. Kembali ke juklak #Foodcombining secara lebih baik. Makanan-makanan baik dikonsumsi lebih banyak
Jauhi makanan buruk. Ya udah, masalah penyakit gak muncul lagi. Mau dibilang sembuh atau tidak? Tidak peduli. Yang pasti saya gak jadi budak
Budak obat ataupun budak penyakit lambung
I’m a master of the quality from my own life
Gimana caranya lepas dari masalah lambung? Ya sama lepas dari masalah kesehatan lain. Bisa gak lepaskan kebiasaan buruk? Rangkul yang baik?
Kalau masih rutin minum susu, kopi, teh, alkohol, sirup, soda dan minuman ‘sampah’ tubuh lain. Jangan harap bisa lepas masalah lambung
Mau ngotot “susu kan bagus untuk kesehatan”, “saya pusing kalau gak ngopi”, “wah orang cina-jepang sehat-sehat tuh ngeteh”, ya terserah
Bisa gak lepas dari masalah lambung? Makin Anda ngotot, ya makin saya ketawa. Memangnya saya peduli dengan penyakit Anda? Rasain sendiri
Sama dengan pola makan, makin sering Anda mengkonsumsi protein hewani, makanan olahan, makanan pabrikan, dan makanan buruk sejenis, ya sudah
Jangan harap bisa lepas dari masalah penyakit lambung. Sama juga, mau sengotot apapun, paling cuma diketawain lagi. Problem elu, bukan gue
Mau sengotot apapun, mau diback up teori apapun, pertanyaan saya pasti gak bisa dijawab sama dia, “Sembuh gak dari problem lambung?”
Saya dan banyak sekali pelaku #Foodcombining atau pelaku pola makan sehat sejenis, bisa tuh sembuh dari masalah sakit lambung. Dan gak asal
Kami bisa jelaskan secara logis secara fisiologis, kenapa pola makan ini membebaskan masalah lambung dari kehidupan?
Bebas dari kopi dan teh semisal. Lambung kita tidak akan banyak bersentuhan dengan kafein, akibatnya tidak perlu ada produksi ekstra asam
Kurangi konsumsi protein hewani semisal, lambung pun tidak perlu produksi asam berlebih. Karena enzim pepsin pemecahnya tidak dibutuhkan
Pepsin membutuhkan suasana asam tinggi sebagai pengerek. Minim protein hewani, suasana lambung tidak terlalu asam. Lambung jadi normal saja
Itu baru dua contoh sederhana, belum kalau kita bicara masalah perubahan pola makan-minum lainnya
Intinya ubah pola makan menyeluruh. Gak usah ngotot atau sok pintar. Tuhan bikin karakter tubuh kita seperti itu, ya patuhi saja
Manusia bukan didisain Tuhan untuk banyak makan protein hewani, ya patuhi. Manusia didisain Tuhan banyak mengkonsumsi makanan alami, nurut
Saat sudah sakit, ya perbaiki pola makan dengan benar. Bukan malah memberi makanan yang memperparah keadaan. Banyak loh contohnya ini
Sakit lambung, lalu makannya harus yang lunak, supaya bebannya ringan, dikasih makan bubur. Ini sepintas terlihat cerdas, padahal blo’on
Bubur itu basisnya karbohidrat, mau tidak mau harus dipecah oleh enzim ptalin yang ada di air liur. Itu gunanya kita mengunyah, campur liur
Mana ada orang makan bubur dikunyah? Bisa dikira gilak! Akhirnya main telan saja. Jadilah sistem cerna merana, sudak sakit, ditambah sakit
Contoh lain, saat perut terasa kembung, tipikal kumatnya problem lambung. Buru-buru minum segelas teh hangat, “supaya angin keluar, sendawa”
Padahal teh mengandung kafein, sudah lambungnya sedang bermasalah, malah ditambahi kafein. Asam lambung meningkat bukan? Makin parah kondisi
Masalah lambung ya sama aja seperti penyakit degeneratif lain, jangan fokus ke hilangkan penyakit, tapi sehatkan dulu tubuhnya! Itu utama
Tubuh sehat yang akan sembuhkan sendiri masalahnya. Gimana membuat tubuh sehat? Ubah pola hidup. Makan-minum sesuai kodrat, patuh Tuhan
Tuhan gak suruh kita makan diluar kodrat, gak suruh kita konsumsi yang keluar dari pabrik. Makan itu semua dalam konteks rekreasi, sesekali
Kangen ngopi? Ya seminggu sekali. Pengen es krim? Sebulan sekali sih gapapa. Usahakan pas cheating, makan kita disiplin, sebelum sesudah
Hukum Tuhan dipatuhi, hidup kita berkualitas, karena kesehatan terjaga
Demikian kibulan ini. Suka sukur, gak suka unfollow. Gak follow bawel? Asam lambung tak teratasi? Tapi ngotot ngopi? Minum dari rectum aja
makasih banyak untuk infonya 🙂
LikeLike